BMKG: Waspadai Cuaca Ekstrem di Lombok

id Cuaca Ekstrem

BMKG: Waspadai Cuaca Ekstrem di Lombok

"Kondisi cuaca 3 hari ke depan perlu diwaspadai karena potensi terjadinya hujan lebat disertai petir dan angin kencang akan meningkat"
Mataram (Antara NTB) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengimbau warga untuk lebih waspada ketika beraktivitas di luar sehubungan dengan potensi terjadinya cuaca ekstrem di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

"Kondisi cuaca 3 hari ke depan perlu diwaspadai karena potensi terjadinya hujan lebat disertai petir dan angin kencang akan meningkat," kata Kepala Stasiun Meteorologi Bandara Internasional Lombok Praya Ot Oral Sem Wilar di Mataram, Senin.

Menurut dia, adanya potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan disebabkan pada bulan Oktober adalah masa transisi memasuki musim hujan disertai kondisi angin musiman.

Saat ini, angin baratan mulai menguat. Sebaliknya, angin timuran mulai melemah mendekati normal klimatologisnya sehingga berdampak pada peningkatan pembentukaan awan hujan dan peluang hujan meningkat.

Sem Wilar menyebutkan dari hasil analisa angin gradient, terdapat dua area bertekanan rendah di sebelah utara Australia.

Kondisi tersebut memicu terjadinya wilayah pertemuan angin di sebelah selatan NTB yang menyebabkan perlambatan kecepatan angin di wilayah NTB, khususnya Pulau Lombok.

"Perlambatan angin tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah uap air, dan pembentukan awan hujan di sekitarnya," ujarnya.

Stasiun Meteorologi Bandara Internasional Lombok Praya mencatat telah terjadi hujan ekstrem di wilayah Praya dan Puyung, Kabupaten Lombok Tengah, yang berdampak banjir kecil (genangan air) di wilayah Praya, Sabtu (7/10).

Data curah hujan tercatat di Pos Hujan Praya mencapai 126 milimeter (mm), sedangkan di Pos Hujan Puyung mencapai 115 mm.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Dedi Supriyadi mengatakan bahwa timnya sudah siaga menghadapi berbagai kemungkinan akibat adanya potensi cuaca ekstrem.

Antisipasi dilakukan dengan mengontrol secara rutin daerah aliran sungai, seperti Sungai Jangkok, Sungai Ancar, Sungai Unus, dan Sungai Brenyok.

Selain itu, mengantisipasi terjadinya gelombang tinggi di Selat Lombok.

"Kami juga terus berkoordinasi dengan enam kecamatan dan 50 kelurahan melalui komunikasi radio, WhatsApp dan dan pusat informasi," katanya. (*)