Ketika Nama "taman Jomblo" Memunculkan Pro Kontra

id mataram taman udayana

Ketika Nama "taman Jomblo" Memunculkan Pro Kontra

Taman Udayana Mataram, tempat "pengecengan" yang ramai dikunjungi Masyarakat.

....Tempat "pengecengan" yang dikenal dengan Taman "Bumi Gora" Mataram itu selalu dibanjiri pengunjung terutama ketika libur akhir pekan....
Matahari mulai bergerak ke ufuk barat, langit di kota Mataram, Nusa Tenggara Barat pun tampak memerah. Kendaraan yang lalu-lalang di ruas jalan yang diapit hutan kota dengan pepohonan rimbun itu sudah mulai menyalakan lampu, tanda hari berangsur gelap.

Tempat "pengecengan" yang dikenal dengan Taman "Bumi Gora" Mataram itu selalu dibanjiri pengunjung terutama ketika libur akhir pekan. Bahkan setiap hari Minggu, Taman Udayana dibanjiri ribuan pengunjung, setelah dua ruas jalan tersebut dijadikan lokasi kegiatan "Car Free Day" atau Hari Tanpa Kendaraan Bermotor.

Masyarakat yang datang tak hanya berasal dari Kota Mataram, tetapi juga berasal dari kabupaten dan kota lainnya di Pulau Lombok. Bahkan para wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Nusa Tenggara Barat menyempatkan diri untuk menikmati tempat rekreasi yang menawarkan berbagai kuliner khas Lombok, semisal "Sate Bulayak" yang mengundang selera.

Di taman kota yang asri itu ratusan pedagang kaki lima mengais rezeki. Para pedagang yang umumnya warga Kota Mataram itu berjualan secara lesehan dengan menggelar tikar atau karpet plastik di bawah pepohonan rindang yang ada di kiri dan kanan jalan yang membentang sepanjang sekitar 1,5 kilometer itu.

Pemerintah Kota Mataram pun terus membenahi dan membangun berbagai fasilitas yang bisa dimanfaatkan para pengunjung, mulai dari fasilitas olah raga hingga tempat bermain anak-anak. Ini dihajatkan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke kota yang dikenal dengan moto yang maju, religius dan berbudaya.

Tak hanya itu Pemerintah Kota Mataram juga berencana membangun sebuah taman yang diberi nama "Taman Jomblo" di kawasan Jalan Udayana. Taman ini dihajatkan sebagai tempat interaksi bagi para pemuda dan pemudi yang belum memiliki calon pasangan alias "jomblo".

"`Taman jomblo` ini akan kami bangun di utara Jembatan Udayana sebelah timur yang saat ini merupakan lahan kosong dan digunakan untuk anak-anak bermain sepeda BMX," kata Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Mataram HM Kemal Islam.

Untuk merealisasikan pembangunan taman itu, saat ini sedang dilakukan proses tender dengan anggaran sebesar Rp600 juta. Jika tender berjalan lancar maka pembangunan fisik taman dapat dimulai awal 2017.

Luas lahan "Taman Jomblo" yang akan dibangun Pemerintah Kota Mataram itu sekitar 25 are. Untuk tahap awal akan dilakukan pengurukan, karena kondisi lahan tidak rata dengan Jalan Udayana.

"Taman Jomblo" itu nanti akan dibuat lebih spesifik dan dilengkapi dengan fasilitas jaringan internet gratis.

Selain itu, akan diperbanyak penyediaan tempat duduk dan lampu penerang guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk menyiagakan petugas khusus.

"Harapan kami, `Taman Jomblo` ini bisa ajang jodoh bagi para pemuda dan pemudi, seperti yang ada di daerah-daerah lain," tutur Kemal Islam.

Namun tak disangka rencana Pemerintah Kota Mataram membangun "Taman Jomblo" di kawasan Jalan Udayana memunculkan pro-kontra dari berbagai kalangan, karena nama itu dinilai mengandung makna negatif.

What`s the meaning of a name? Apalah arti sebuah nama? Seperti diungkapkan William Shakespeare dalam novelnya Romeo & Juliet agaknya tak dapat dijadikan alasan pembenar dalam penamaan "Taman Jomblo" ini.

Munculnya sikap pro kontra terkait pembangunan "Taman Jomblo" di Jalan Udayana Mataram, sebenarnya tidak terkait masalah proses pembangunannya, tetapi terhadap nama taman tersebut, karena nama Taman Jomblo dinilai kurang mengarah kepada moto Kota Mataram, yakni Maju, Religius dan Berbudaya.

Kalau ditelusuri nama "Jomblo" yang akrab dalam percakapan muda mudi, ternyata nama itu bermakna negatif, gadis tua yang belum neikah atau tidak memiliki pasangan. Isitilah ini berasal dari kata jomlo yant konon berasal dari Basan Sunda.

Menurut Kemal Islam, sejak melontarkan rencana pembangunan Taman Jomblo pada akhir tahun 2016, pihaknya banyak mendapat masukan dari berbagai pihak terutama dari tokoh agama dan tokoh budaya.

Masukan yang disampaikan masyarakat adalah menyarankan agar Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Mataram mengubah nama Taman Jomblo tersebut dengan nama yang lebih religius dan berbudaya.

"Para tokoh agama dan tokon budaya menilai kalau namanya Taman Jomblo kesannya kurang baik dan ada sedikit unsur porno. Ini masukan yang bagus, dan untungnya kita belum mulai membangun," sebut Kemal Islam.



Melakukan kajian

Terkait dengan itu, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Mataram masih melakukan kajian dan mencari nama terbaik untuk pembangunan taman di bagian timur atau utara jembatan Udayana.

Namun demikian, proses rencana pembangunan taman tersebut tetap berlanjut, dan direncanakan pembangunan akan mulai pada triwulan kedua dengan konsep yang sudah ada.

"Anggaran pembangunan sudah kita siapkan sebesar Rp700 juta yang bersumber dari pemerintah. Jadi bisa saja kita bangun dulu baru mencari namanya," katanya.

Kehadiran Taman Jomblo ini diharapkan bisa menjadi ajang interaksi, olah raga dan edukasi bagi masyarakat di Kota Mataram.

Terkait rencana pembangunan "Taman Jomblo" di Jalan Udayana Kota Mataram, sejumlah tokoh masyarakat mengkritisi nama taman itu, karena dinilai mengandung makna kurang pas, apalagi dikaitkan dengan moto Kota Mataram, Maju, Religius, dan Berbudaya.

Ir AW Nasrudin MSi, salah seorang tokoh masyarakat Kota Mataram menilai, nama "Taman Jomblo" terkesan negatif, karena terkait pergaulang muda mudi, kendati sebenarnya tidak demikian.

"Kita bisa memaklumi bahwa pembangunan taman tersebut bertujuan positif, selain tempat rekreasi sambil berolahraga, juga dapat difungsikan sebagai tempat berkumpulnya anak-anak muda apalagi kalau dilengkapi dengan fasilitas internet, seperti "Wireless Fidelity" Wi-fi," katanya.

Di sejumlah kota besar, "Taman Jomblo" sudah banyak dibangun dengan maksud untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke tempat wisata tersebut.

Karena itu, sebenarnya tidak ada masalah bagi pemerintah Kota Mataram untuk melanjutkan pembangunan taman tersebut dalam menarik minat wisatawan berkunjung ke kota ini. Apalagi Taman Udayana Mataram sudah dikenal secara nasional.

Kalau kemudian nama "Taman Jomblo" memunculkan pro kontra, maka sebaiknya dicari nama lain yang lebih pas dengan karakteristik masyarakat dan sesuai dengan moto kota Mataram, Maju Religius dan Berbudaya.

"Kita yakin kalau seandainya menggunakan nama lain yang sesuai dengan budaya masyarakat, taman ini akan tetap menjadi tempat favorit bagi masyarakat, termasuk wisatawan yang berkunjung ke Kota Mataram," katanya.

Taman yang dilengkapi berbagai fasilitas ini diyakini akan menambah daya tarik Taman Udayana yang selama ini sudah dikenal luas tidak hanya di NTB tetapi juga pada level nasiobal, terutama karena adanya kuliner khas Lombok, sate bulayak dan sate ikan khas Tanjung dan berbagai jenis kuliner lainnya. (*)