Bintang Bano Sumbawa Barat Bendungan Multifungsi

id sumbawa barat bintang bano

Bintang Bano tidak hanya untuk keperluan irigasi lahan pertanian, tetapi juga menjadi pembangkit listrik tenaga air, pengendali banjir, sumber air baku, pengendali banjir, bahkan menjadi objek wisata
Sumbawa Barat, (Antara NTB) - Bintang Bano di Desa Bangkat Monteh Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat yang kini sedang dibangun dihajatkan untuk mengatasi berbagai menjadi bendungan multifungsi.

"Bintang Bano tidak hanya untuk keperluan irigasi lahan pertanian, tetapi juga menjadi pembangkit listrik tenaga air, pengendali banjir, sumber air baku, pengendali banjirBintang Bano tidak hanya untuk keperluan irigasi lahan pertanian, tetapi juga menjadi pembangkit listrik tenaga air, pengendali banjir, sumber air baku, pengendali banjir, bahkan menjadi objek wisata," kata Kepala Balai Wilayah Sungai Regional Nusa Tenggara I Asdin Julaidy di Taliwang, Selasam
, bahkan menjadi objek wisata," kata Kepala Balai Wilayah Sungai Regional Nusa Tenggara I Asdin Julaidy di Taliwang, Selasam

Ia mengatakan Bendungan Bintang Bano akan mengairi lahan seluas 6.000 hektare yang tersebar di Kecamatan Brang Rea, Brang Ene, Taliwang, hingga kecamatan Seteluk.

Bendungan yang akan menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,3 triliun itu menampung air menghasilkan air baku dengan debit hingga 555 liter per detik.

“Jika Bendungan Bintang Bano sudah selesai dan fungsi Rawa Lebo yang akan dinormalisasi mulai tahun 2017 bisa dimaksimalkan, maka 60 persen potensi banjir yang hampir setiap tahun melanda Kota Taliwang akan bisa diatasi," kata Asdin disela-sela jamuan makan malam besama Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR di Pendopo Wakil Bupati Sumbawa Barat, Sabtu malam (26/11).

Keberadaan Bendungan Bintang Bano, kata Asdin, juga akan menjadi solusi untuk mengatadlsi berbagai persoalan lain yang dihadapi masyarakat.

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang akan dibangun di bendungan seluas 200 hektar itu menghasilkan daya 2 x 4 mega watt (MW).

Ia optimis dengan kapasitas daya listrik tersebut, kebutuhan listrik di Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar bisa dipenuhi.

“Sebenarnya, daya maksimal yang bisa dihasilkan sampai 12 MW. Tetapi untuk menghasilkan daya sebesar itu dibutuhkan perangkat PLTA yang lebih besar dari yang direncanakan,” ujarnya.

Ditanya mengenai progress pembangunan Bintang Bano saat ini, Asdin menjelaskan tahun 2016 ini anggaran yang dialokasikan APBN sebesar Rp73 miliar lebih untuk galian, cor beton gorong-gorong, saluran pengarah dan galian cadas.

Pembangunan Bintang Bano merupakan proyek multi years yang akan dianggarkan bertahap sampai tahun 2019.

“Tahun ini sudah 70 persen dari anggaran yang dialokasikan. Tahun 2017 rencannya juga akan dialokasikan sekitar Rp300 miliar. Pengalokasian anggaran disesuaikan dengan perencanaan fisik yang akan dikerjakan,” katanya.

Menurut Asdin, yang dikhawatirkan menjadi persoalan ke depan adalah kemungkinan yang berkaitan dengan masyarakat, tembebasan soal pembebasan lahan untuk pembangunan jaringan irigasi.

Jaringan irigasi tersebut terdiri dari jaringan lama yang akan direhabilitasi dan jaringan baru yang akan mulai dikerjakan tahun 2018 dengan alokasi anggaran sebesar Rp600 miliar dari APBN. Sedangkan pembebasan lahan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

“Karena itu kami minta lahan untuk jaringan irigasi ini sudah tuntas diselesaikan pemerintah daerah sebelum 2018," katanya.

Sementara itu Bupati Sumbawa Barat, HW Musyafirin, mengungkapkan untuk mendapatkan intervensi anggaran dari APBN guna membiayai program pembangunan yang direncanakan, kadang Pemerintah Daerah harus ‘menebar umpan’.

Umpan dimaksud Musyafirin adalah perencanaan hingga pembangunan tahap awal yang murni dibangun dengan alokasi anggaran dari APBD, termasuk dalam pembangunan Bendungan Bintang Bano dan sejumlah proyek besar lainnya di Sumbawa Barat.

Untuk pembangunan Bintang Bano, awalnya Pemkab Sumbawa Barat harus berjalan sendiri dan telah menghabiskan Rp120 miliar untuk sekedar ‘umpan’.

"Padahal kita juga tahu tidak mungkin kita bisa membiayai proyek sebesar itu.  Alhamdulillah disambut BWS dan dibawa kita ke Dirjen (Dirjen Sumberdaya Air Kemen PUPR) dan sekarang dibiayai APBN, termasuk juga pelabuhan Lalar, tapi hanya Bintang Bano yang umpannya ‘ditangkap sama ikan," kata Musyafirin.(*)